Sabtu, 19 Januari 2013

MENDAMPINGI ANAK SESUDAH PENGALAMAN BENCANA


Atasi Trauma Anak Pasca Bencana

Pengalaman bencana meninggalkan dampak psikologis mendalam pada anak-anak. Orang dewasa yang kurang peka dan tidak sensitif malahan akan memperdalam rasa cemas dan takut. Ini terjadi misalnya, ketika anak-anak nakal dan rewel, bukannya dengan kesabaran ekstra mendekati anak, malahan anak diancam,”Kalau kamu nakal awas ada gempa lagi..lho!” Pendampingan sedini mungkin terhadap anak-anak akan membantu pengalaman trauma cepat diatasi dan membuat kehidupan emosional mereka lebih sehat di tahun-tahun mendatang. Pendampingan yang diberikan pun hendaknya berjangka panjang oleh konselor terlatih. Karena pendampingan singkat yang hanya dilakukan sekali sesudah bencana tidak memperlihatkan hasil yang efektif. Dalam sebuah studi terhadap 12.000 anak-anak sekolah yang selamat dari bencana topan di Hawai,  Robert Burns Ph.D, menyimpulkan hasil penelitian tersebut, dalam bukunya Unwind, Australia, 2003, sebagai berikut, “anak-anak yang memperoleh konseling secara dini tumbuh jauh lebih baik dua tahun kemudian dibanding mereka yang tak menjalani konseling.” 

Konselor terlatih yang mau bekerja di tempat bencana umumnya untuk waktu singkat. Sementara banyak anak-anak masih hidup dengan menghadapi kenyataan bencana di sekitarnya: di tempat pengungsian, rumah-rumah dan kampung yang masih berantakan, dst. Untuk mengatasai hal itu beberapa petunjuk berikut mudah-mudahan dapat membekali orang dewasa atau orang tua dalam mendampingi anak-anak korban bencana.

  • Beri dukungan dan kesabaran ekstra serta rasa aman kepada anak-anak. Perlihatkan melalui sikap tubuh dan kata-kata bahwa Anda mengerti apa yang sedang mereka rasakan. Pemberian dukungan ekstra bisa dalam bentuk perhatian yang lebih banyak, pelukan dan elusan penuh kasih, keleluasaan bergerak dalam lingkup aman.
  • Upayakan sedapat mungkin keadaan lingkungan yang akan meningkatkan rasa aman pada anak. Paling baik adalah lingkungan yang familiar, di mana anak-anak bisa menyaksikan orang-orang dekat di sekitarnya menjalankan rutinitas sehari-hari. Anak-anak lebih menyukai hal-hal yang familiar dan kebiasaan yang konsisten. Lingkungan familiar ini termasuk kehadiran wajah-wajah yang dikenal, orang-orang yang ramah, ada makan dan minum pada saat mereka memerlukannya. Dan yang paling penting, anak-anak akan merasa tenang dan nyaman jika melihat ibu ada di dekatnya, meski pun ibu menjalankan tugas sehari-hari, seperti memasak, mencuci, bersih-bersih. Pokoknya mereka tahu ibu tak jauh dan mudah didekati saat anak memerlukannya. Suasana rutin itu mengingatkan anak akan suasana rumah.
  • Jaga anak jangan sampai terlalu banyak melihat pemandangan atau gambar-gambar yang menakutkan. Ajaklah anak melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti menyanyi, menggambar, mewarnai. Bacakan ceritera-ceritera yang bagus. Berkumpul bersama anak-anak lain dalam suasana gembira dan kata-kata yang membesarkan hati akan sangat membantu menenangkan anak.
  • Bersikaplah jujur terhadap pengalaman yang terjadi. Hal ini membantu anak menerima kenyataan, meski pun barangkali anak belum mampu mengerti sepenuhnya. Pastikan informasi yang Anda berikan sesuai dan bisa ditangkap oleh anak. Beri kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya, atau dorong mereka untuk bertanya.
  • Hati-hati atas emosi marah dan kejengkelan Anda sendiri atau pihak pendamping. Anak-anak peka dan merasakan kecemasan atau emosi lain yang bergejolak di sekitar mereka. Oleh karena itu bagi orang dewasa, orang tua dan relawan yang berada di dekat anak, mereka sendiri perlu mengelola pengalaman traumatik diri sendiri.
  • Tempatkan pengalaman bencana dalam perspektif. Misalnya, anak perlu diberitahu bahwa bencana banjir adalah peristiwa yang jarang terjadi. Menempatkan pengalaman dalam perspektif membantu mengurangi kecemasan akan berulangnya kejadian.

Kita semua tak menghendaki bencana terjadi atau terulang. Namun ada baiknya kita mempersiapkan diri menghadapi masa depan.


BEBERAPA PETUNJUK UNTUK PARA SUKARELAWAN SESUDAH PERISTIWA BENCANA/ KEADAAN EMERGENCY

BAGAIMANA ANDA MENGELOLA STRESS SAAT KEJADIAN BENCANA/PERISTIWA DARURAT?

  • Kembangkan suatu jaringan pendukung (sesama pendamping/relawan)
  • Besarkan hati dan dukung sesama rekan kerja Anda
  • Jaga kesehatan diri sendiri dengan melakukan olah raga secara teratur dan atur agak sering makan dalam jumlah kecil
  • Ambil waktu untuk istirahat jika Anda merasa kekuatan fisik dan toleransi emosi Anda berkurang
  • Pelihara hubungan baik dengan keluarga, saudara-saudari
  • Tenangkan diri/netralkan suasana hati sejenak setelah Anda mengalami keadaan yang mengganggu dan saat ganti tugas.

APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN SENDIRI UNTUK MENGATASI TRAUMA ATAU KEADAAN DARURAT ATAU SESUDAH MELAKUKAN PEKERJAAN YANG MENGURAS ENERGI DAN EMOSI?

  •  Luangkan waktu bersama teman sepengalaman. Dengan saling mendukung, bercerita, akan memudahkan kita mengatasi perasaan traumatik
  • Jika Anda rasa membantu, ceritakan perasaan Anda. Dengarkan juga perasaan sesama saat ia berbicara.
  • Upayakan segera kembali melakukan rutinitas pekerjaan Anda. Adanya keteraturan, dan kebiasaan normal akan dirasa sangat menyenangkan
  •  Ambil waktu untuk merasakan pengalaman kehilangan dan menangis saat Anda merasakannya. Agar keadaan Anda lebih baik di masa mendatang Anda perlu melepaskan perasaan ini, bukannya menekan atau menyembunyikannya.
  • Mintalah dukungan dari keluarga atau teman-teman, geraja atau berbagai komunitas pendukung. Bergabunglah dalam kelompok pendukung
  • Buatlah tujuan kecil dan jangka pendek untuk mengatasi masalah besar. Lakukan satu demi satu, jangan melakukannya sekaligus.
  • Pastikan Anda cukup istirahat, cukup tidur. Kita membutuhkan tidur  lebih lama ketika mengalami keadaan stress
  • Lakukan sesuatu yang Anda sukai, seperti mandi air hangat, jalan-jalan, bercanda dengan anak-anak atau sahabat
  • Temukan hal positif yang dapat Anda lakukan, seperti menyumbang darah, menyumbang sejumlah dana untuk bantu korban, bergabung dengan masyarakat untuk membantu orang menderita
  • Kadang-kadang menjauhlah sejenak dari kejadian yang membuat stress. Matikan TV, dan isi pikiran Anda dengan hal-hal yang menyegarkan dan menyenangkan hati

Semoga bermanfaat

Tetaplah berdoa agar kesehatan mental Anda sendiri terpelihara. Kepedulian sekecil apa pun jika berasal dari hati yang tulus akan meningkatkan harapan dan cinta dalam masyarakat.


Dewi Minangsari




Tidak ada komentar:

Posting Komentar