Selasa, 26 Februari 2013

Pelanggaran Batas=Pelecehan


 MULAI DARI DIRI SENDIRI
Setiap makhluk terpisahkan satu sama lain oleh batas fisik. Budi, Tuti, amuba, tulip, ikan mas, masing-masing mempunyai batas yang memisahkan dirinya dari yang lain dan membuatnya menjadi suatu makhluk yang unik. Batas ini bisa rusak oleh luka atau dirusak oleh yangh lain. Jika pelanggaran batas ini terlalu jauh, makhluk bisa mati. Kulit menandai batas fisik kita.Tetapi kita juga mempunyai batas yang tidak terlihat olah mata. Batas ini merupakan lingkaran tak terlihat, suatu wilayah yang membuat kita merasa nyaman. Batas yang sehat bersifat elastis dan selaras dengan konteks. Dengan isteri  kita bisa menerapkan batas yang sangat dekat, tetapi batas ini tidak bisa diterapkan kepada anak. Batas dengan Bos juga berbeda dengan batas dengan rekan kerja.

Sentuhan menentukan kapan kita mulai dan kapan kita berhenti. Jika sejak kecil kita kurang mengalami sentuhan fisik dan emosi yang sehat dalam keluarga, maka perkembangan kepekaan akan batas diri dan kesiapan melindunginya akan terhambat. Incest merupakan perusakan parah terhadap batas fisik, emosional dan seksual.  Jika  seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang berantakan, maka ia akan mendapatkan sedikit sekali bantuan untuk mengembangkan batas yang baik. Ia akan tumbuh dewasa tanpa kesadaran yang jelas mengenai batas diri sendiri. Ia tidak tahu perlakuan bagaimana yang tepat untuk dirinya. Bahkan barangkali anak itu belajar sejak kecil untuk membiarkan orang lain menentukan batas dirinya. Di kemudian hari ia pun dapat menjadi pelaku pelanggaran batas, alias menjadi pelaku pelecehan terhadap orang lain.

Bagaimana menghentikan pelecehan? Mulailah menyadari sejauh mana kepekaan Anda mengenai batas diri Anda. Kesadaran akan batas diri akan membantu Anda untuk mengembangkan batas yang utuh. Tentukan batas relasi Anda dengan orang lain,  dengan anggota keluarga dan dengan siapa Anda bergaul.  Jika batas kita utuh, kita akan merasa aman dan nyaman.

Orang dengan batas yang sehat, dapat memilih mana atau apa atau siapa yang masuk dalam kehidupannya dan mana yang perlu disingkirkan atau dihindari. Kita bisa dengan yakin menolak komentar tidak pantas, sentuhan tidak nyaman, dan tatapan yang merisaukan hati. Kita dapat mengatakan TIDAK terhadap kesia-siaan, niat buruk dan MENERIMA afeksi, kebaikan dan penghargaan positif.  Mulai dari diri sendiri. ....batas Anda sehat, akan menular ke sesama dan dunia Anda.

Jakarta,  27 Februari 2013
Salam,
Dewi Minangsari